PERSAHABATAN
19.41 Posted In Cinta Dan Kehidupan Edit This 0 Comments »Di sekolah dasar, menengah, universitas, kantor, kursus, bis, terminal, bahkan di mailing list kita bisa mempunyai teman. Untuk sebagian orang yang tertutup pun pasti menemukan teman dimana pun dia berada.
Sambil menungu kereta di stasiun seseorang bisa berkenalan denganorang lain lalu membentuk hubungan pertemanan, walau singkat, perkenalan itu tentu telah menimbulkan sebuah ikatan baru, yaitu pertemanan.
Entah pertemanan itu berlanjut menjadi jalinan pertemanan yang lebih dekat, lebih special ataupun justru menjadi berlalu begitu saja, namun tetap saja ada kesan yang mewarnai jalinan pertemanan itu, tak perduli seberapapun singkatnya.
Hakikat manusia hidup adalah bersosialisasi, memiliki tempat berkeluh kesah, memiliki mitra bersenda gurau, memiliki mitra beraktivitas, berdiskusi, dan berbahagia adalah sebuah hal yang tentu sangat mempercantik lembaran hidup bagi seseorang. Maka tak perlu dipertanyakan mengapa setiap orang selalu mencoba membangun ruang yang bernama jalinan pertemanan dalam kehidupannya.
Jalinan pertemanan yang beruntung bisa terus berlanjut menjadi jalinan persahabatan dan tak jarang berkembang menjadi asmara jika jalinan pertemanan itu terjadi pada pihak yang berlawanan jenis. Jalinan ini tentu akan mengukir kesan yang lebih mendalam dan lebih terasa, entah persahabatan atau asmara itu terus berlanjut atau tidak. Hal ini disebabkan karena sudah bermainnya emosi di dalam jalinan itu.
Kadang banyak hal yang menyebabkan sebuah persahabatan usai begitu saja, berlalu tanpa bekas bahkan mungkin saja berlalu dan menimbulkan luka tertentu.
Menjaga sebuah persahabatan agar tak lekas usai bukanlah hal yang mudah, banyak faktor yang harus diperhatikan dalam sebuah persahabatan. Layaknya sebuah komitmen percintaan, sebuah persahabatan pun menuntut adanya komitmen saling setia, dan penghianatan adalah hal yang dianggap haram dalam sebuah persahabatan.
Untuk menjaga kesetiaan inipun bukanlah hal yang mudah, mungkin dalam persahabatan menjaga kesetiaan adalah hal yang lebih kompleks daripada menjaga kesetiaan dalam jalinan Asmara. Mengapa demikian, karena sebuah jalinan Asmara yang terus dibina menimbulkan sebuah cita- cita yang lebih kongkret yaitu rumah tangga, dan bila rumah tangga itu sudah terbentuk ada ikatan- ikatan lain yang mengikat jauh lebih erat para pihaknya. Namun lain halnya dengan persahabatan, mereka berjalan seolah begitu saja tanpa cita- cita kongkret, mereka berjalan begitu saja secara alami dengan dasar saling membutuhkan dan perasaan masih saling sejalan. Disinilah letak ketidakkokohan komitmen sebuah jalinan persahabatan, karena tidak terbentuknya cita- cita yang menimbulkan adanya ikatan yang mengikat keduanya dengan begitu eratnya…
Saat badai ketidak sesuaian ideology menerpa para pihak maka usailah jalinan mereka, saat jarak dan waktu yang tidak mudah untuk disatukan dan ditempuh, maka lambat laun saling rindu pun kandas, saat lingkungan sudah tidak berpihak, maka perlahan persahabatan menuju episode terakhir, saat kebutuhan tak lagi sama, saat minat tak lagi sejalan maka persahabatanpun menguap begitu saja.
Namun itulah hidup manusia, tak ada yang abadi, ada yang datang dan ada yang pergi. Begitu pula dengan jalinan asmara, ada perceraian, ada kematian dan ada segala macam alasan yang memungkinkan untuk terus bersama. Karena mungkin itulah takdir manusia untuk hidup terus mengkerucut dan kesendirian pun akan menjadi hal wajib yang akan kita lalui dipenghujung usia.
Mungkin dahulu waktu di bangku sekolah, kita bisa berteman bergelombol, menciptakan gank dengan personel puluhan orang, dengan ikatan dan interest yang seragam, namun lain halnya ketika kita menginjak usia produktif bekerja, dimana lingkungan menjadi begitu segmented, dimana hidup kita didera untuk bekerja, istirahat serta mungkin bagi sekelompok orang yang beruntung, waktu dihabiskan dengan orang terkasih, sehingga waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 30 hari sebulan, terasa tidak cukup dan tidak memungkinkan bagi sebuah ruang yang disebut persahabatan untuk tumbuh dalam kehidupannya.
Dan mungkin lebih parah lagi apabila menimpa seseorang yang telah berkeluarga, dimana ada lebih dari satu anak dalam keluarga yang harus disandingi dengan pekerjaan dan kehidupan kota yang keras, dimana waktu seolah berlalu tiada bekas, dan sudah tentu, jika boleh menawar mereka akan berteriak meminta, memohon, menawar sehari menjadi 40 jam walaupun mustahil. Jika sudah begitu maka sebuah persahabatan tentu bukan hal yang masuk daftar keperluan bagi kehidupan.
Semakin kita tua maka kesibukan makin memonopoli kehidupan kita, dan hanya orang- orang yang beruntunglah dan berkemauan keraslah yang masih memiliki ruang- ruang untuk sebuah persahabatan dalam hidupnya, tapi itupun bisa dipastikan satu dibanding sekian orang yang memiliki keberuntungan semacam itu.
Karena ternyata menjaga keabadian persahabatan itu jauh lebih berat daripada menciptakannya.
Erry Tri Merryta Riyadi
Jakarta, 20 Desember 2006, 16:23
Sambil menungu kereta di stasiun seseorang bisa berkenalan denganorang lain lalu membentuk hubungan pertemanan, walau singkat, perkenalan itu tentu telah menimbulkan sebuah ikatan baru, yaitu pertemanan.
Entah pertemanan itu berlanjut menjadi jalinan pertemanan yang lebih dekat, lebih special ataupun justru menjadi berlalu begitu saja, namun tetap saja ada kesan yang mewarnai jalinan pertemanan itu, tak perduli seberapapun singkatnya.
Hakikat manusia hidup adalah bersosialisasi, memiliki tempat berkeluh kesah, memiliki mitra bersenda gurau, memiliki mitra beraktivitas, berdiskusi, dan berbahagia adalah sebuah hal yang tentu sangat mempercantik lembaran hidup bagi seseorang. Maka tak perlu dipertanyakan mengapa setiap orang selalu mencoba membangun ruang yang bernama jalinan pertemanan dalam kehidupannya.
Jalinan pertemanan yang beruntung bisa terus berlanjut menjadi jalinan persahabatan dan tak jarang berkembang menjadi asmara jika jalinan pertemanan itu terjadi pada pihak yang berlawanan jenis. Jalinan ini tentu akan mengukir kesan yang lebih mendalam dan lebih terasa, entah persahabatan atau asmara itu terus berlanjut atau tidak. Hal ini disebabkan karena sudah bermainnya emosi di dalam jalinan itu.
Kadang banyak hal yang menyebabkan sebuah persahabatan usai begitu saja, berlalu tanpa bekas bahkan mungkin saja berlalu dan menimbulkan luka tertentu.
Menjaga sebuah persahabatan agar tak lekas usai bukanlah hal yang mudah, banyak faktor yang harus diperhatikan dalam sebuah persahabatan. Layaknya sebuah komitmen percintaan, sebuah persahabatan pun menuntut adanya komitmen saling setia, dan penghianatan adalah hal yang dianggap haram dalam sebuah persahabatan.
Untuk menjaga kesetiaan inipun bukanlah hal yang mudah, mungkin dalam persahabatan menjaga kesetiaan adalah hal yang lebih kompleks daripada menjaga kesetiaan dalam jalinan Asmara. Mengapa demikian, karena sebuah jalinan Asmara yang terus dibina menimbulkan sebuah cita- cita yang lebih kongkret yaitu rumah tangga, dan bila rumah tangga itu sudah terbentuk ada ikatan- ikatan lain yang mengikat jauh lebih erat para pihaknya. Namun lain halnya dengan persahabatan, mereka berjalan seolah begitu saja tanpa cita- cita kongkret, mereka berjalan begitu saja secara alami dengan dasar saling membutuhkan dan perasaan masih saling sejalan. Disinilah letak ketidakkokohan komitmen sebuah jalinan persahabatan, karena tidak terbentuknya cita- cita yang menimbulkan adanya ikatan yang mengikat keduanya dengan begitu eratnya…
Saat badai ketidak sesuaian ideology menerpa para pihak maka usailah jalinan mereka, saat jarak dan waktu yang tidak mudah untuk disatukan dan ditempuh, maka lambat laun saling rindu pun kandas, saat lingkungan sudah tidak berpihak, maka perlahan persahabatan menuju episode terakhir, saat kebutuhan tak lagi sama, saat minat tak lagi sejalan maka persahabatanpun menguap begitu saja.
Namun itulah hidup manusia, tak ada yang abadi, ada yang datang dan ada yang pergi. Begitu pula dengan jalinan asmara, ada perceraian, ada kematian dan ada segala macam alasan yang memungkinkan untuk terus bersama. Karena mungkin itulah takdir manusia untuk hidup terus mengkerucut dan kesendirian pun akan menjadi hal wajib yang akan kita lalui dipenghujung usia.
Mungkin dahulu waktu di bangku sekolah, kita bisa berteman bergelombol, menciptakan gank dengan personel puluhan orang, dengan ikatan dan interest yang seragam, namun lain halnya ketika kita menginjak usia produktif bekerja, dimana lingkungan menjadi begitu segmented, dimana hidup kita didera untuk bekerja, istirahat serta mungkin bagi sekelompok orang yang beruntung, waktu dihabiskan dengan orang terkasih, sehingga waktu 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 30 hari sebulan, terasa tidak cukup dan tidak memungkinkan bagi sebuah ruang yang disebut persahabatan untuk tumbuh dalam kehidupannya.
Dan mungkin lebih parah lagi apabila menimpa seseorang yang telah berkeluarga, dimana ada lebih dari satu anak dalam keluarga yang harus disandingi dengan pekerjaan dan kehidupan kota yang keras, dimana waktu seolah berlalu tiada bekas, dan sudah tentu, jika boleh menawar mereka akan berteriak meminta, memohon, menawar sehari menjadi 40 jam walaupun mustahil. Jika sudah begitu maka sebuah persahabatan tentu bukan hal yang masuk daftar keperluan bagi kehidupan.
Semakin kita tua maka kesibukan makin memonopoli kehidupan kita, dan hanya orang- orang yang beruntunglah dan berkemauan keraslah yang masih memiliki ruang- ruang untuk sebuah persahabatan dalam hidupnya, tapi itupun bisa dipastikan satu dibanding sekian orang yang memiliki keberuntungan semacam itu.
Karena ternyata menjaga keabadian persahabatan itu jauh lebih berat daripada menciptakannya.
Erry Tri Merryta Riyadi
Jakarta, 20 Desember 2006, 16:23
0 komentar:
Posting Komentar