Ketika Bilal tak Sanggup Menyebut Nama Rasulullah dalam Adzannya
21.54 Posted In Kisah Edit This 0 Comments »
Nama lengkapnya Bilal bin Rabah Al-Habasyi. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan digelari Muadzdzin Ar-Rasul. Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ia berpostur tubuh tinggi, kurus, warna kulitnya hitam, pelipisnya tipis, dan rambutnya lebat.
Ibunya adalah hamba sahaya (budak) milik Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumuh. Bilal menjadi budak mereka, hingga akhirnya ia mendengar tentang Islam. Dihadapan Rasulullah SAW, dia mengikrarkan diri masuk Islam. Hingga akhirnya, Abu Bakar memerdekakan dirinya.
Saat Rasulullah melakukan hijrah ke Madinah, Bilal turut serta. Ketika Masjid Nabawi selesai dibangun, Rasulullah mensyariatkan adzan. Rasulullah kemudian menunjuk Bilal untuk mengumandangkan adzan, karena ia memiliki suara yang merdu. Lalu Bilal mengumandangkan adzan, dan menjadi muadzin pertama dalam sejarah Islam.
Biasanya, setelah mengumandangkan adzan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah seraya berseru, ''Hayya ‘alashsholaati hayya ‘alashsholaati…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan)''. Lalu, ketika Rasulullah SAW keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.
Ketika Rasulullah menaklukan kota Makkah, beliau berjalan di depan pasukan muslim bersama Bilal. Bilal pulalah yang ditunjuk Nabi untuk mengumandangkan adzan di atap Ka'bah sebelum menunaikan shalat Zuhur. Adzan itu pun menjadi adzan yang pertama dikumandangkan di Makkah.
Bilal menjadi muadzin tetap selama Rasulullah hidup. Begitu pun ketika Rasulullah wafat. Saat jasad Rasulullah masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan, dia pula yang mengumandangkannya. Namun kali ini suasanya berbeda. Saat Bilal sampai pada kalimat, ''Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)'', tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana pun tak kuasa menahan tangis.
Dalam Shuwar min Hayaatis Shahabah karya DR Abdurrahman Ra’fat Basya dipaparkan bahwa sejak kepergian Rasulullah, Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, ''Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi'', ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.
Kemudian Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah sebagai pemimpin umat Islam, agar diperkenankan tidak mengumandangkan adzan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Permohonan tersebut dikabulkan oleh Abu Bakar. Karenanya, sejak saat itu Bilal menolak untuk menjadi muadzin bagi seseorang.
Selain sebagai muadzin, semasa hidupnya Bilal pernah menjabat sebagai bendahara Rasulullah di Bait Al-Mal. Ia tidak pernah absen mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah. Bilal juga merupakan salah satu sahabat yang telah diisyaratkan Nabi bakal menjadi salah seorang penghuni surga.
Suatu hari di waktu subuh, Rasulullah bertanya kepada Bilal,''Hai Bilal, ceritakanlah kepadaku mengenai amalan yang menurutmu paling besar pahalanya yang pernah kamu kerjakan dalam Islam. Sesungguhnya aku pernah mendengar suara jalanmu di hadapanku di surga.'' Bilal menjawab,''Aku tidak pernah mengerjakan amalan yang menurutku besar pahalanya, tapi aku tidak wudhu di waktu malam dan siang, melainkan aku menunaikan shalat yang diwajibkan bagiku untuk mengerjakannya.''
Baca Selanjutnya..
Ibunya adalah hamba sahaya (budak) milik Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumuh. Bilal menjadi budak mereka, hingga akhirnya ia mendengar tentang Islam. Dihadapan Rasulullah SAW, dia mengikrarkan diri masuk Islam. Hingga akhirnya, Abu Bakar memerdekakan dirinya.
Saat Rasulullah melakukan hijrah ke Madinah, Bilal turut serta. Ketika Masjid Nabawi selesai dibangun, Rasulullah mensyariatkan adzan. Rasulullah kemudian menunjuk Bilal untuk mengumandangkan adzan, karena ia memiliki suara yang merdu. Lalu Bilal mengumandangkan adzan, dan menjadi muadzin pertama dalam sejarah Islam.
Biasanya, setelah mengumandangkan adzan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah seraya berseru, ''Hayya ‘alashsholaati hayya ‘alashsholaati…(Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan)''. Lalu, ketika Rasulullah SAW keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera melantunkan iqamat.
Ketika Rasulullah menaklukan kota Makkah, beliau berjalan di depan pasukan muslim bersama Bilal. Bilal pulalah yang ditunjuk Nabi untuk mengumandangkan adzan di atap Ka'bah sebelum menunaikan shalat Zuhur. Adzan itu pun menjadi adzan yang pertama dikumandangkan di Makkah.
Bilal menjadi muadzin tetap selama Rasulullah hidup. Begitu pun ketika Rasulullah wafat. Saat jasad Rasulullah masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan, dia pula yang mengumandangkannya. Namun kali ini suasanya berbeda. Saat Bilal sampai pada kalimat, ''Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)'', tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana pun tak kuasa menahan tangis.
Dalam Shuwar min Hayaatis Shahabah karya DR Abdurrahman Ra’fat Basya dipaparkan bahwa sejak kepergian Rasulullah, Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, ''Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi'', ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.
Kemudian Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah sebagai pemimpin umat Islam, agar diperkenankan tidak mengumandangkan adzan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Permohonan tersebut dikabulkan oleh Abu Bakar. Karenanya, sejak saat itu Bilal menolak untuk menjadi muadzin bagi seseorang.
Selain sebagai muadzin, semasa hidupnya Bilal pernah menjabat sebagai bendahara Rasulullah di Bait Al-Mal. Ia tidak pernah absen mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah. Bilal juga merupakan salah satu sahabat yang telah diisyaratkan Nabi bakal menjadi salah seorang penghuni surga.
Suatu hari di waktu subuh, Rasulullah bertanya kepada Bilal,''Hai Bilal, ceritakanlah kepadaku mengenai amalan yang menurutmu paling besar pahalanya yang pernah kamu kerjakan dalam Islam. Sesungguhnya aku pernah mendengar suara jalanmu di hadapanku di surga.'' Bilal menjawab,''Aku tidak pernah mengerjakan amalan yang menurutku besar pahalanya, tapi aku tidak wudhu di waktu malam dan siang, melainkan aku menunaikan shalat yang diwajibkan bagiku untuk mengerjakannya.''
Baca Selanjutnya..